PULAU TALIABU – Ribuan warga dari empat desa di Kecamatan Taliabu Timur (Taltim), Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, hidup dalam keterisolasi-an.

Desa Tubang, Penu, Parigi, dan Samuya bagai terputus dari dunia karena tidak tersambung oleh jaringan jalan darat, baik antar-desa di kecamatannya sendiri maupun dengan kecamatan tetangga seperti Taliabu Timur Selatan dan Taliabu Utara.

Satu-satunya akses penghubung adalah jalur laut yang berbahaya. Kehidupan warga pun bergantung pada mercy alam. Setiap kali ombak besar dan angin kencang datang, aktivitas praktis terhenti.

Mobilitas untuk urusan mendesak seperti berobat, bekerja, atau mengurus administrasi pemerintahan di kabupaten menjadi sangat mahal dan berisiko.

“Kalau ada agenda pemerintah di Kabupaten, kami kadang bisa hadir kadang tidak. Penyebabnya, pertama, biaya operasional yang sangat besar. Kedua, jika cuaca buruk, dengan terpaksa kami tidak bisa hadir demi keselamatan,” keluh sejumlah aparat desa yang merasakan langsung dampak isolasi ini.

Impian memiliki jalan darat bukanlah hal baru. Usulan pembukaan jalan dan jembatan telah terus-menerus disuarakan dalam setiap Musrembang, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten.

Namun, usulan itu seolah tenggelam, hanya menjadi wacana dari tahun ke tahun tanpa realisasi nyata.

Seorang warga, Umar, mewakili harapan banyak orang, berpesan, “Semoga dalam RPJMD Taliabu 2025-2029 yang sedang digodok sekarang, pemerintah bisa memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Taliabu Timur.” Harapnya.

Harapan itu adalah harapan bersama. Bagi warga empat desa itu, sebuah jalan bukan sekadar aspal dan tanah, melainkan jalur kehidupan yang dapat membebaskan mereka dari belenggu isolasi dan membawa kemajuan yang selama ini hanya mereka impikan.