TALIABU – Janji politik yang viral tentang “jalan berstandar perempuan” dari Bupati terpilih Sashabila Mus kini diuji realitas.
Setahun lebih sejak pelantikannya di Mei 2025, kondisi jalan di Pulau Taliabu, Maluku Utara, masih jauh dari kata aman, nyaman, dan ramah, terutama bagi para perempuan.
Alih-alih aspal mulus, yang ditemui warga adalah jalan berlubang, berdebu gersang saat terik, dan becek tak tertembus saat hujan. Kondisi ini tak hanya terjadi di desa-desa terpencil, tetapi juga merambah hingga ke ruas jalan di pusat pemerintahan kabupaten.
Proyek Mandek di “E-Katalog”
Ketika dikonfirmasi mengenai lambatnya pembangunan, Kepala Dinas PUPR Taliabu, Endro, mengakuinya. “Sementara masih proses e-Katalog,” ujarnya singkat kepada Media ini.
Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa banyak proyek jalan masih berkutat pada tahap lelang administratif, jauh dari sentuhan fisik di lapangan.
Warga Bergerak Swadaya
Tak mau terus terpuruk dalam ketidakpastian, warga di sejumlah Desa mengambil alih. Di Desa Lede, Taliabu Utara, masyarakat bergotong royong mengumpulkan dana dan tenaga untuk membuka jalan darurat di Air Lise.
Aksi serupa terjadi di Jalan Kawalo, di mana warga bersama personel Polres Taliabu bahu-membahu memperbaiki jalan berbatu dan berlubang.
“Ini bentuk keputusasaan sekaligus semangat gotong royong kami. Kami tidak bisa hanya menunggu,” ujar seorang penggerak aksi swadaya.
Janji-Janjinya yang Lain: Masihkah Ditunggu?
Sorotan tidak hanya pada jalan. Masyarakat juga masih menengadah menanti realisasi sederet janji kampanye Bupati Sashabila Mus lainnya yang ambisius, dari Sekolah Rakyat, fasilitas rehabilitasi bagi pengguna narkoba dan ODGJ, hingga Balai Musik dan Balai Kopi yang dijanjikan akan membuka lapangan kerja.
Di tengah debu jalanan yang belum teratasi, harapan warga Taliabu sederhana, janji-janji indah masa kampanye tidak berakhir sebagai slogan belaka, tetapi benar-benar diwujudkan menjadi karya nyata yang meningkatkan kualitas hidup mereka.
Tantangan bagi sang bupati kini adalah membuktikan bahwa istilah “berstandar perempuan” bukan sekadar retorika, tetapi komitmen nyata untuk membangun infrastruktur yang berkeadilan dan inklusif bagi semua.

Tinggalkan Balasan