TERNATE – Suasana berbeda terlihat di SD Negeri 38 Kota Ternate, Rabu (24/9). Sebanyak 75 guru yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) tampak antusias mengikuti sebuah pelatihan inovatif yang tak biasa.

Mereka tidak hanya diajak memahami teori, tetapi juga merancang pembelajaran yang menyatukan sains, teknologi, dan seni dalam satu tarikan napas.

Pelatihan bertajuk “Pelatihan Inovatif Berbasis STEAM bagi Guru Sekolah Dasar” ini digelar oleh Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Khairun (Unkhair).

Yang membuatnya spesial, kegiatan pengabdian masyarakat ini mengusung skala internasional dengan menghadirkan narasumber dari Malaysia, Dr. Faszly Rahim dari Universitas Sains Islam Malaysia (USIM).

“Guru harus mampu merancang kegiatan yang kreatif dan kontekstual. Anak-anak tidak hanya butuh pengetahuan, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkreasi secara holistik,” tegas Dr. Faszly di hadapan para peserta.

Ia menjelaskan, pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) bukan sekadar singkatan, melainkan filosofi yang menyatukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam sesi interaktifnya, Dr. Faszly mendorong guru untuk melihat ‘A’ (Arts/seni) bukan sebagai elemen tambahan, tetapi sebagai jiwa yang menghubungkan semua disiplin ilmu, membuat pembelajaran lebih bermakna dan dekat dengan kehidupan nyata.

Antusiasme peserta pun langsung terlihat. Mereka aktif bertanya dan berdiskusi, mencari cara untuk mengadaptasi konsep STEAM yang global ke dalam konteks lokal kelas mereka masing-masing.

“Selama ini kami sudah akrab dengan STEM, tapi pelatihan ini membuka mata. Ternyata, memasukkan unsur seni dan pendekatan humanis justru membuat konsep sains dan teknologi jadi lebih mudah dicerna dan menyenangkan bagi anak,” ujar salah seorang guru peserta, menyuarakan semangat baru yang didapatkannya.

Dr. Ridwan Jusuf, M.Pd., Ketua Prodi PGSD FKIP Unkhair, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah komitmen nyata untuk membekali guru dengan senjata menghadapi tantangan zaman.

“Kami berharap model STEAM ini tidak berhenti di ruang pelatihan, tetapi diterapkan di setiap kelas, membawa perubahan positif bagi kualitas pembelajaran dasar,” harap Dr. Ridwan.

Kolaborasi internasional ini tidak hanya memberi suntikan ilmu bagi guru-guru Ternate, tetapi juga memperkuat jembatan antara dunia akademik tinggi dengan realitas di lapangan.

Ke depan, langkah ini diharapkan menjadi batu pijakan untuk kolaborasi yang lebih berkelanjutan mulai dari riset bersama, pelatihan lanjutan, hingga pertukaran wacana pendidikan global sehingga guru-guru di ujung timur Indonesia tak lagi terpinggirkan dari arus inovasi pendidikan dunia.