TALIABU – Di ujung utara Maluku Utara, tersembunyi sebuah kabupaten muda yang menyimpan pesona layaknya lukisan alam yang nyaris sempurna, Pulau Taliabu.
Setiap jengkalnya, dari hamparan pasir putih dan pink yang langka hingga air terjun jernih di tengah belantara, berteriak tentang potensi wisata kelas dunia.
Namun, di balik segala keindahan itu, nasib pariwisatanya masih terkatung di persimpangan antara menjadi “mutiara timur” yang bersinar atau tetap menjadi permata yang terpendam akibat tantangan pengelolaan.
Taliabu bukan sekadar memiliki pantai, ia memiliki cerita. Pasir pink di Pulau Seho yang menjadi ikon langka dunia, Pasir Anjing di Desa Gela yang unik, dan Batu Gong Desa Kilong yang penuh misteri, adalah sedikit dari banyak keajaiban alamnya.
Tidak ketinggalan, air terjun yang jernih menjulang di tengah hutan hijau yang masih perawan di Desa Air Kalimat di Taliabu Utara, menawarkan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.
Keunikan Taliabu tidak berhenti di alam. Pulau ini adalah living museum yang kaya budaya. Di Desa Penu, Taliabu Timur, tradisi Mangkano ritual sunat untuk pria dewasa dari Suku Kadai yang beragama Kristen menjadi bukti autentisitas budaya yang masih lestari.
Sementara itu, Desa Kawalo menyimpan peninggalan sejarah yang mengisahkan perjalanan panjang pulau ini.
“Yang kami miliki ini adalah harta karun. Bukan hanya soal keindahan yang bisa difoto, tapi juga pengalaman budaya yang tidak bisa diduplikasi di tempat lain,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat, yang menggambarkan betapa berharganya warisan tersebut.
Bukti bahwa Taliabu memesona dunia sudah nyata. Kapal pesiar internasional Heritage Adventure bahkan sudah dua kali bersandar, membawa wisatawan mancanegara yang haus akan destinasi yang belum terjamah.
Namun, kunjungan kelas dunia itu seperti hanya menjadi cerita pengantar tidur, tanpa ditindaklanjuti dengan strategi yang konkret.
Akar permasalahannya terletak pada lemahnya political will. Sektor pariwisata belum menjadi prioritas utama pembangunan. Akibatnya, promosi nyaris tidak terdengar, inovasi mandek, dan pembangunan sarana pendukung wisata berjalan sangat lambat.
Potensi yang begitu besar seperti dibiarkan menganggur, padahal secara geografis, posisinya yang strategis berdekatan dengan Sulawesi Tengah membuka peluang besar menjadi hub wisata regional.
Untuk sampai ke titik sejajar dengan Raja Ampat atau Wakatobi, Taliabu harus segera berbenah.
Langkah pertama dan terpenting adalah komitmen politik dari pemerintah daerah untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan, yang diikuti dengan alokasi anggaran dan kebijakan yang berpihak.
Pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan menuju objek wisata, akses air bersih, dan sinyal internet yang stabil adalah prasyarat yang tidak bisa ditawar.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan guiding, homestay management, dan pengembangan produk wisata berbasis komunitas akan memastikan bahwa manfaat ekonomi benar-benar dirasakan oleh warga lokal.
Dalam beberapa kesempatan, seperti dalam perumusan RPJM Taliabu 2025-2029, Bupati Taliabu Sashabila Mus menegaskan bahwa setiap dinas teknis, termasuk pariwisata, harus lebih inovatif dalam memanfaatkan potensi yang ada untuk meningkatkan PAD Taliabu.
Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata.
Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat adalah kunci untuk mengubah persimpangan ini menjadi jalan raya yang mulus menuju kesuksesan.
Kini, bola ada di tangan para pemangku kebijakan. Taliabu telah menunjukkan semua potensinya. Ia bagai kanvas putih yang sudah disiapkan dengan segala keindahan alam dan budayanya.
Tinggalkan Balasan