TERNATE– Di tengah suasana mewah Hotel Sahid Bella, Kota Ternate, Maluku Utara,  sebuah realita tentang perjuangan hidup terungkap. Perjuangan Ibu Nursan, seorang pemulung yang berdedikasi untuk sebuah impian dirinya dan anak-anaknya.

Dalam sepekan ini, Ibu Nursan telah memanfaatkan area luar dan trotoar di depan hotel bintang lima tersebut sebagai tempat tinggal sementaranya.

Dengan motivasi yang kuat, Ibu Nursan berupaya mengumpulkan botol plastik untuk dijual dan mendapatkan  uang, semua ini dirinya lakukan  dengan satu  tujuan, yaitu mewujudkan rumah impian bagi anak-anaknya.

Setiap hari, mulai dari pagi hingga malam hari, Ibu Nursan dan anak-anaknya mencari nafkah di bawah terik matahari atau dinginnya malam. Botol-botol bekas yang dikumpulkan kemudian dijual ke warung-warung kecil atau kepada pengendara yang lewat.

Saat hujan turun, ia dan anak-anaknya hanya dapat berteduh seadanya di depan toko semen yang tidak jauh dari tempat mereka berjualan.

Menanggapi pertanyaan mengenai kediaman tetapnya, Ibu Nursan memberikan respons dengan senyuman.

“Saya dan anak-anak tinggal di sini, dari malam hingga malam kembali,” tuturnya dengan nada pelan sambil menunjuk ke toko semen tempat ia dan anaknya berlindung saat hujan.

Semangat Ibu Nursan sangat tinggi. Hasil dari penjualan botol-botol plastik yang dikumpulkannya disisihkan untuk membeli kayu dan bahan bangunan lainnya.

“Saya menjual (botol) untuk membeli kayu dan bahan-bahan untuk membangun rumah di samping SMA Negeri 2, berdekatan dengan kali mati atau sungai,” jelasnya.

Meskipun begitu, pembangunan rumah yang saat ini dirinya bangun bukan lahan miliknya, lahan yang terletak diatas bibir Sungai itu adalah milik orang lain, kata Ibu Nursina, tanah itupun disewanya.

“Saya menyewa lahan milik pihak lain di samping SMA Negeri 2, dekat Kali Mati, untuk pembangunan rumah,” demikian penjelasan Ibu Nursan.

Mendengar informasi tersebut, jurnallis media Halamansofifi mendatangi warga pemilik lahan yang akan dibangun rumah Ibu Nursan. Benar, lahan tersebut bukan milik ibu Nursan.

“Benar, saya menyewakan lahan kepada ibu yang biasa berjualan botol di depan Sahid Bella,” ungkapnya.

Beliau menambahkan, “Nilai sewa adalah Rp 6 juta per tahun, namun pembayaran yang telah dilakukan baru mencapai Rp 1 juta.”

Lahan yang akan dibangn rumah Ibu Nursan.

Kisah Ibu Nursan mencerminkan perjuangan hidup yang gigih. Di tengah dinamika perkotaan, disaat banyak program bantuan ruma layak huni dari pemerintah Daerah, ada seorang Perempuan yang berdiri sendiri dan berjuang untuk rumah Impian, luput dari mata Pemerintah.

Meski demkian, Ibu Nursan hanyalah serorang perempuan yang berjuang. Beliau memberikan pelajaran berharga tentang ketabahan dan kasih sayang seorang ibu yang berkorban demi masa depan anak-anaknya.

Tidak ada satu kata tentang pengharapan kepada pemerintah, tidak keluar dari mulutnya sebuah keluhan atas apa yang dirinya perjuangkan.  Dari banyak pertanyann yang diajukan oleh jurnalis, dirinya hanya menjawab dengan pendek. Semoga  impian Ibu Nursan untuk memiliki rumah yang layak segera terwujud.